Imam Bukhari lahir di Bukhara,
Uzbekistan,
Asia Tengah. Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin
Ibrahim bin Al-Mughirah bin Badrdizbah Al-Ju'fiy Al Bukhari, namun beliau lebih
dikenal dengan nama Bukhari. Beliau lahir pada hari Jumat, tepatnya pada
tanggal 13 Syawal 194 H (21 Juli 810 M). Kakeknya bernama Bardizbeh, turunan
Persi yang masih beragama Zoroaster. Tapi orangtuanya, Mughoerah, telah memeluk
Islam di bawah asuhan Al-Yaman el-Ja�fiy. Sebenarnya masa kecil Imam Bukhari
penuh dengan keprihatinan. Di samping menjadi anak yatim, juga tidak dapat
melihat karena buta (tidak lama setelah lahir, beliau kehilangan penglihatannya
tersebut). Ibunya senantiasa berusaha dan berdo'a untuk kesembuhan beliau.
Alhamdulillah, dengan izin dan karunia Allah, menjelang usia 10 tahun matanya
sembuh secara total. Imam Bukhari adalah ahli hadits yang termasyhur diantara
para ahli hadits sejak dulu hingga kini bersama dengan Imam Ahmad, Imam Muslim,
Abu Dawud, Tirmidzi, An-Nasai, dan Ibnu Majah. Bahkan dalam kitab-kitab fiqih
dan hadits, hadits-hadits beliau memiliki derajat yang tinggi. Sebagian
menyebutnya dengan julukan Amirul Mukminin fil Hadits (Pemimpin kaum mukmin
dalam hal Ilmu Hadits). Dalam bidang ini, hampir semua ulama di dunia merujuk
kepadanya. Tempat beliau lahir kini termasuk wilayah Rusia, yang waktu itu
memang menjadi pusat kebudayaan ilmu pengetahuan Islam sesudah Madinah,
Damaskus dan Bagdad. Daerah itu pula yang
telah melahirkan filosof-filosof besar seperti al-Farabi dan Ibnu Sina. Bahkan
ulama-ulama besar seperti Zamachsari, al-Durdjani, al-Bairuni dan lain-lain,
juga dilahirkan di Asia Tengah. Bukhari dididik dalam keluarga ulama yang taat
beragama. Dalam kitab As-Siqat, Ibnu Hibban menulis bahwa ayahnya dikenal
sebagai orang yang wara' dalam arti berhati-hati terhadap hal-hal yang hukumnya
bersifat syubhat (ragu-ragu), terlebih lebih terhadap hal-hal yang sifatnya
haram. Ayahnya adalah seorang ulama bermadzhab Maliki dan merupakan mudir dari
Imam Malik, seorang ulama besar dan ahli fikih. Ayahnya wafat ketika Bukhari
masih kecil. Perhatiannya kepada ilmu hadits yang sulit dan rumit itu sudah
tumbuh sejak usia 10 tahun, hingga dalam usia 16 tahun beliau sudah hafal dan
menguasai buku-buku seperti "al-Mubarak" dan "al-Waki".
Bukhari berguru kepada Syekh Ad-Dakhili, ulama ahli hadits yang masyhur di Bukhara. Pada usia 16
tahun bersama keluarganya, ia mengunjungi kota
suci Mekkah dan Madinah, dimana di kedua kota
suci itu beliau mengikuti kuliah para guru-guru besar ahli hadits. Pada usia 18
tahun beliau menerbitkan kitab pertamanya "Qudhaya as Shahabah wat Tabi�ien"
(Peristiwa-peristiwa Hukum di zaman Sahabat dan Tabi�ien). Bersama gurunya
Syekh Ishaq, beliau menghimpun hadits-hadits shahih dalam satu kitab, dimana
dari satu juta hadits yang diriwayatkan oleh 80.000 perawi disaring lagi
menjadi 7275 hadits. Diantara guru-guru beliau dalam memperoleh hadits dan ilmu
hadits antara lain adalah Ali bin Al Madini, Ahmad bin Hanbali, Yahya bin
Ma'in, Muhammad bin Yusuf Al Faryabi, Maki bin Ibrahim Al Bakhi, Muhammad bin
Yusuf al Baykandi dan Ibnu Rahwahih. Selain itu ada 289 ahli hadits yang
haditsnya dikutip dalam kitab Shahih-nya. Bukhari diakui memiliki daya hapal
tinggi, yang diakui oleh kakaknya Rasyid bin Ismail. Kakak sang Imam ini
menuturkan, pernah Bukhari muda dan beberapa murid lainnya mengikuti kuliah dan
ceramah cendekiawan Balkh.
Tidak seperti murid lainnya, Bukhari tidak pernah membuat catatan kuliah.
Bukhari ternyata hafal di luar kepala 15.000 hadits, lengkap dengan keterangan
yang tidak sempat mereka catat. Ketika sedang berada di Bagdad,
Imam Bukhari pernah didatangi oleh 10 orang ahli hadits yang ingin menguji
ketinggian ilmu beliau. Dalam pertemuan itu, 10 ulama tersebut mengajukan 100
buah hadits yang sengaja "diputar-balikkan" untuk menguji hafalan
Imam Bukhari. Ternyata hasilnya mengagumkan. Imam Bukhari mengulang kembali
secara tepat masing-masing hadits yang salah tersebut, lalu mengoreksi kesalahannya,
kemudian membacakan hadits yang benarnya. Ia menyebutkan seluruh hadits yang
salah tersebut di luar kepala, secara urut, sesuai dengan urutan penanya dan
urutan hadits yang ditanyakan, kemudian membetulkannya. Inilah yang sangat luar
biasa dari sang Imam, karena beliau mampu menghafal hanya dalam waktu satu kali
dengar. Karyanya yang pertama berjudul "Qudhaya as Shahabah wat Tabi�ien"
(Peristiwa-peristiwa Hukum di zaman Sahabat dan Tabi�ien). Kitab ini ditulisnya
ketika masih berusia 18 tahun. Ketika menginjak usia 22 tahun, Imam Bukhari
menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci bersama-sama dengan ibu dan kakaknya yang
bernama Ahmad. Di sanalah beliau menulis kitab "At-Tarikh" (sejarah)
yang terkenal itu. Beliau pernah berkata, "Saya menulis buku "At-Tarikh"
di atas makam Nabi Muhammad SAW di waktu malam bulan purnama".Karya Imam
Bukhari lainnya antara lain adalah kitab Al-Jami' ash Shahih, Al-Adab al
Mufrad, At Tharikh as Shaghir, At Tarikh Al Awsat, At Tarikh al Kabir, At
Tafsir Al Kabir, Al Musnad al Kabir, Kitab al 'Ilal, Raf'ul Yadain fis Salah,
Birrul Walidain, Kitab Ad Du'afa, Asami As Sahabah dan Al Hibah. Diantara semua
karyanya tersebut, yang paling monumental adalah kitab Al-Jami' as-Shahih yang
lebih dikenal dengan nama Shahih Bukhari. Dalam sebuah riwayat diceritakan,
Imam Bukhari berkata: "Aku bermimpi melihat Rasulullah saw., seolah-olah
aku berdiri di hadapannya, sambil memegang kipas yang kupergunakan untuk
menjaganya. Kemudian aku tanyakan mimpi itu kepada sebagian ahli ta'bir, ia
menjelaskan bahwa aku akan menghancurkan dan mengikis habis kebohongan dari
hadits-hadits Rasulullah saw. Mimpi inilah, antara lain, yang mendorongku untuk
melahirkan kitab Al-Jami' As-Sahih." Dalam menghimpun hadits-hadits shahih
dalam kitabnya tersebut, Imam Bukhari menggunakan kaidah-kaidah penelitian
secara ilmiah dan sah yang menyebabkan keshahihan hadits-haditsnya dapat
dipertanggungjawabkan. Ia berusaha dengan sungguh-sungguh untuk meneliti dan
menyelidiki keadaan para perawi, serta memperoleh secara pasti kesahihan hadits-hadits
yang diriwayatkannya. Imam Bukhari senantiasa membandingkan hadits-hadits yang
diriwayatkan, satu dengan lainnya, menyaringnya dan memilih mana yang
menurutnya paling shahih. Sehingga kitabnya merupakan batu uji dan penyaring
bagi hadits-hadits tersebut. Hal ini tercermin dari perkataannya: "Aku
susun kitab Al Jami' ini yang dipilih dari 600.000 hadits selama 16
tahun." Banyak para ahli hadits yang berguru kepadanya, diantaranya adalah
Syekh Abu Zahrah, Abu Hatim Tirmidzi, Muhammad Ibn Nasr dan Imam Muslim bin Al
Hajjaj (pengarang kitab Shahih Muslim). Imam Muslim menceritakan : "Ketika
Muhammad bin Ismail (Imam Bukhari) datang ke Naisabur, aku tidak pernah melihat
seorang kepala daerah, para ulama dan penduduk Naisabur yang memberikan sambutan
seperti apa yang mereka berikan kepadanya." Mereka menyambut kedatangannya
dari luar kota
sejauh dua atau tiga marhalah (100 km), sampai-sampai Muhammad bin Yahya Az
Zihli (guru Imam Bukhari) berkata : "Barang siapa hendak menyambut
kedatangan Muhammad bin Ismail besok pagi, lakukanlah, sebab aku sendiri akan
ikut menyambutnya." Untuk mengumpulkan dan menyeleksi hadits shahih,
Bukhari menghabiskan waktu selama 16 tahun untuk mengunjungi berbagai kota guna menemui para
perawi hadits, mengumpulkan dan menyeleksi haditsnya. Diantara kota-kota yang
disinggahinya antara lain Bashrah, Mesir, Hijaz (Mekkah, Madinah), Kufah, Baghdad sampai ke Asia
Barat. Di Baghdad, Bukhari sering bertemu dan berdiskusi dengan ulama besar
Imam Ahmad bin Hanbali. Dari sejumlah kota-kota itu, ia bertemu dengan 80.000
perawi. Dari merekalah beliau mengumpulkan dan menghafal satu juta hadits.
Namun tidak semua hadits yang ia hapal kemudian diriwayatkan, melainkan
terlebih dahulu diseleksi dengan seleksi yang sangat ketat, diantaranya apakah
sanad (riwayat) dari hadits tersebut bersambung dan apakah perawi (periwayat /
pembawa) hadits itu terpercaya dan tsiqqah (kuat). Menurut Ibnu Hajar Al
Asqalani, akhirnya Bukhari menuliskan sebanyak 9082 hadis dalam karya
monumentalnya Al Jami' as-Shahih yang dikenal sebagai Shahih Bukhari. Dalam
menyusun kitab tersebut, Imam Bukhari sangat berhati-hati. Menurut Al-Firbari,
salah seorang muridnya, ia mendengar Imam Bukhari berkata. "Saya susun
kitab Al-Jami' as-Shahih ini di Masjidil Haram, Mekkah dan saya tidak
mencantumkan sebuah hadits pun kecuali sesudah shalat istikharah dua rakaat
memohon pertolongan kepada Allah, dan sesudah meyakini betul bahwa hadits itu
benar-benar shahih". Di Masjidil Haram-lah ia menyusun dasar pemikiran dan
bab-babnya secara sistematis. Setelah itu ia menulis mukaddimah dan pokok pokok
bahasannya di Rawdah Al-Jannah, sebuah tempat antara makam Rasulullah dan
mimbar di Masjid Nabawi di Madinah. Barulah setelah itu ia mengumpulkan
sejumlah hadits dan menempatkannya dalam bab-bab yang sesuai. Proses penyusunan
kitab ini dilakukan di dua kota
suci tersebut dengan cermat dan tekun selama 16 tahun. Ia menggunakan kaidah
penelitian secara ilmiah dan cukup modern sehingga hadits haditsnya dapat
dipertanggung-jawabkan. Menurut Ibnu Shalah, dalam kitab Muqaddimah, kitab
Shahih Bukhari itu memuat 7275 hadits. Selain itu ada hadits-hadits yang dimuat
secara berulang, dan ada 4000 hadits yang dimuat secara utuh tanpa pengulangan.
Penghitungan itu juga dilakukan oleh Syekh Muhyiddin An Nawawi dalam kitab
At-Taqrib. Dalam hal itu, Ibnu Hajar Al-Atsqalani dalam kata pendahuluannya
untuk kitab Fathul Bari (yakni syarah atau penjelasan atas kitab Shahih
Bukhari) menulis, semua hadits shahih yang dimuat dalam Shahih Bukhari (setelah
dikurangi dengan hadits yang dimuat secara berulang) sebanyak 2.602 buah.
Sedangkan hadits yang mu'allaq (ada kaitan satu dengan yang lain, bersambung)
namun marfu (diragukan) ada 159 buah. Adapun jumlah semua hadits shahih
termasuk yang dimuat berulang sebanyak 7397 buah. Perhitungan berbeda diantara
para ahli hadits tersebut dalam mengomentari kitab Shahih Bukhari semata-mata
karena perbedaan pandangan mereka dalam ilmu hadits. Suatu ketika penduduk Samarkand mengirim surat
kepada Imam Bukhari. Isinya, meminta dirinya agar menetap di negeri itu (Samarkand). Ia pun pergi
memenuhi permohonan mereka. Ketika perjalanannya sampai di Khartand, sebuah
desa kecil terletak dua farsakh (sekitar 10 Km) sebelum Samarkand, ia singgah terlebih dahulu untuk
mengunjungi beberapa familinya. Namun disana beliau jatuh sakit selama beberapa
hari. Dan Akhirnya meninggal pada tanggal 31 Agustus 870 M (256 H) pada malam
Idul Fitri dalam usia 62 tahun kurang 13 hari. Beliau dimakamkan selepas Shalat
Dzuhur pada Hari Raya Idul Fitri. Sebelum meninggal dunia, ia berpesan bahwa
jika meninggal nanti jenazahnya agar dikafani tiga helai kain, tanpa baju dalam
dan tidak memakai sorban. Pesan itu dilaksanakan dengan baik oleh masyarakat
setempat. Beliau meninggal tanpa meninggalkan seorang anakpun –
Tokoh Ilmuwan Penemu - file:///C:/Documents%20and%20Settings/slim%20com%27/My%20Documents/Downloads/tokoh-imam-ahli-hadits-bukhari.html
hari lahir di Bukhara,
Uzbekistan,
Asia Tengah. Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin
Ibrahim bin Al-Mughirah bin Badrdizbah Al-Ju'fiy Al Bukhari, namun beliau lebih
dikenal dengan nama Bukhari. Beliau lahir pada hari Jumat, tepatnya pada
tanggal 13 Syawal 194 H (21 Juli 810 M). Kakeknya bernama Bardizbeh, turunan
Persi yang masih beragama Zoroaster. Tapi orangtuanya, Mughoerah, telah memeluk
Islam di bawah asuhan Al-Yaman el-Ja�fiy. Sebenarnya masa kecil Imam Bukhari
penuh dengan keprihatinan. Di samping menjadi anak yatim, juga tidak dapat
melihat karena buta (tidak lama setelah lahir, beliau kehilangan penglihatannya
tersebut). Ibunya senantiasa berusaha dan berdo'a untuk kesembuhan beliau.
Alhamdulillah, dengan izin dan karunia Allah, menjelang usia 10 tahun matanya
sembuh secara total. Imam Bukhari adalah ahli hadits yang termasyhur diantara
para ahli hadits sejak dulu hingga kini bersama dengan Imam Ahmad, Imam Muslim,
Abu Dawud, Tirmidzi, An-Nasai, dan Ibnu Majah. Bahkan dalam kitab-kitab fiqih
dan hadits, hadits-hadits beliau memiliki derajat yang tinggi. Sebagian
menyebutnya dengan julukan Amirul Mukminin fil Hadits (Pemimpin kaum mukmin
dalam hal Ilmu Hadits). Dalam bidang ini, hampir semua ulama di dunia merujuk
kepadanya. Tempat beliau lahir kini termasuk wilayah Rusia, yang waktu itu
memang menjadi pusat kebudayaan ilmu pengetahuan Islam sesudah Madinah,
Damaskus dan Bagdad. Daerah itu pula yang
telah melahirkan filosof-filosof besar seperti al-Farabi dan Ibnu Sina. Bahkan
ulama-ulama besar seperti Zamachsari, al-Durdjani, al-Bairuni dan lain-lain,
juga dilahirkan di Asia Tengah. Bukhari dididik dalam keluarga ulama yang taat
beragama. Dalam kitab As-Siqat, Ibnu Hibban menulis bahwa ayahnya dikenal
sebagai orang yang wara' dalam arti berhati-hati terhadap hal-hal yang hukumnya
bersifat syubhat (ragu-ragu), terlebih lebih terhadap hal-hal yang sifatnya
haram. Ayahnya adalah seorang ulama bermadzhab Maliki dan merupakan mudir dari
Imam Malik, seorang ulama besar dan ahli fikih. Ayahnya wafat ketika Bukhari
masih kecil. Perhatiannya kepada ilmu hadits yang sulit dan rumit itu sudah
tumbuh sejak usia 10 tahun, hingga dalam usia 16 tahun beliau sudah hafal dan
menguasai buku-buku seperti "al-Mubarak" dan "al-Waki".
Bukhari berguru kepada Syekh Ad-Dakhili, ulama ahli hadits yang masyhur di Bukhara. Pada usia 16
tahun bersama keluarganya, ia mengunjungi kota
suci Mekkah dan Madinah, dimana di kedua kota
suci itu beliau mengikuti kuliah para guru-guru besar ahli hadits. Pada usia 18
tahun beliau menerbitkan kitab pertamanya "Qudhaya as Shahabah wat Tabi�ien"
(Peristiwa-peristiwa Hukum di zaman Sahabat dan Tabi�ien). Bersama gurunya
Syekh Ishaq, beliau menghimpun hadits-hadits shahih dalam satu kitab, dimana
dari satu juta hadits yang diriwayatkan oleh 80.000 perawi disaring lagi
menjadi 7275 hadits. Diantara guru-guru beliau dalam memperoleh hadits dan ilmu
hadits antara lain adalah Ali bin Al Madini, Ahmad bin Hanbali, Yahya bin
Ma'in, Muhammad bin Yusuf Al Faryabi, Maki bin Ibrahim Al Bakhi, Muhammad bin
Yusuf al Baykandi dan Ibnu Rahwahih. Selain itu ada 289 ahli hadits yang
haditsnya dikutip dalam kitab Shahih-nya. Bukhari diakui memiliki daya hapal
tinggi, yang diakui oleh kakaknya Rasyid bin Ismail. Kakak sang Imam ini
menuturkan, pernah Bukhari muda dan beberapa murid lainnya mengikuti kuliah dan
ceramah cendekiawan Balkh.
Tidak seperti murid lainnya, Bukhari tidak pernah membuat catatan kuliah.
Bukhari ternyata hafal di luar kepala 15.000 hadits, lengkap dengan keterangan
yang tidak sempat mereka catat. Ketika sedang berada di Bagdad,
Imam Bukhari pernah didatangi oleh 10 orang ahli hadits yang ingin menguji
ketinggian ilmu beliau. Dalam pertemuan itu, 10 ulama tersebut mengajukan 100
buah hadits yang sengaja "diputar-balikkan" untuk menguji hafalan
Imam Bukhari. Ternyata hasilnya mengagumkan. Imam Bukhari mengulang kembali
secara tepat masing-masing hadits yang salah tersebut, lalu mengoreksi kesalahannya,
kemudian membacakan hadits yang benarnya. Ia menyebutkan seluruh hadits yang
salah tersebut di luar kepala, secara urut, sesuai dengan urutan penanya dan
urutan hadits yang ditanyakan, kemudian membetulkannya. Inilah yang sangat luar
biasa dari sang Imam, karena beliau mampu menghafal hanya dalam waktu satu kali
dengar. Karyanya yang pertama berjudul "Qudhaya as Shahabah wat Tabi�ien"
(Peristiwa-peristiwa Hukum di zaman Sahabat dan Tabi�ien). Kitab ini ditulisnya
ketika masih berusia 18 tahun. Ketika menginjak usia 22 tahun, Imam Bukhari
menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci bersama-sama dengan ibu dan kakaknya yang
bernama Ahmad. Di sanalah beliau menulis kitab "At-Tarikh" (sejarah)
yang terkenal itu. Beliau pernah berkata, "Saya menulis buku "At-Tarikh"
di atas makam Nabi Muhammad SAW di waktu malam bulan purnama".Karya Imam
Bukhari lainnya antara lain adalah kitab Al-Jami' ash Shahih, Al-Adab al
Mufrad, At Tharikh as Shaghir, At Tarikh Al Awsat, At Tarikh al Kabir, At
Tafsir Al Kabir, Al Musnad al Kabir, Kitab al 'Ilal, Raf'ul Yadain fis Salah,
Birrul Walidain, Kitab Ad Du'afa, Asami As Sahabah dan Al Hibah. Diantara semua
karyanya tersebut, yang paling monumental adalah kitab Al-Jami' as-Shahih yang
lebih dikenal dengan nama Shahih Bukhari. Dalam sebuah riwayat diceritakan,
Imam Bukhari berkata: "Aku bermimpi melihat Rasulullah saw., seolah-olah
aku berdiri di hadapannya, sambil memegang kipas yang kupergunakan untuk
menjaganya. Kemudian aku tanyakan mimpi itu kepada sebagian ahli ta'bir, ia
menjelaskan bahwa aku akan menghancurkan dan mengikis habis kebohongan dari
hadits-hadits Rasulullah saw. Mimpi inilah, antara lain, yang mendorongku untuk
melahirkan kitab Al-Jami' As-Sahih." Dalam menghimpun hadits-hadits shahih
dalam kitabnya tersebut, Imam Bukhari menggunakan kaidah-kaidah penelitian
secara ilmiah dan sah yang menyebabkan keshahihan hadits-haditsnya dapat
dipertanggungjawabkan. Ia berusaha dengan sungguh-sungguh untuk meneliti dan
menyelidiki keadaan para perawi, serta memperoleh secara pasti kesahihan hadits-hadits
yang diriwayatkannya. Imam Bukhari senantiasa membandingkan hadits-hadits yang
diriwayatkan, satu dengan lainnya, menyaringnya dan memilih mana yang
menurutnya paling shahih. Sehingga kitabnya merupakan batu uji dan penyaring
bagi hadits-hadits tersebut. Hal ini tercermin dari perkataannya: "Aku
susun kitab Al Jami' ini yang dipilih dari 600.000 hadits selama 16
tahun." Banyak para ahli hadits yang berguru kepadanya, diantaranya adalah
Syekh Abu Zahrah, Abu Hatim Tirmidzi, Muhammad Ibn Nasr dan Imam Muslim bin Al
Hajjaj (pengarang kitab Shahih Muslim). Imam Muslim menceritakan : "Ketika
Muhammad bin Ismail (Imam Bukhari) datang ke Naisabur, aku tidak pernah melihat
seorang kepala daerah, para ulama dan penduduk Naisabur yang memberikan sambutan
seperti apa yang mereka berikan kepadanya." Mereka menyambut kedatangannya
dari luar kota
sejauh dua atau tiga marhalah (100 km), sampai-sampai Muhammad bin Yahya Az
Zihli (guru Imam Bukhari) berkata : "Barang siapa hendak menyambut
kedatangan Muhammad bin Ismail besok pagi, lakukanlah, sebab aku sendiri akan
ikut menyambutnya." Untuk mengumpulkan dan menyeleksi hadits shahih,
Bukhari menghabiskan waktu selama 16 tahun untuk mengunjungi berbagai kota guna menemui para
perawi hadits, mengumpulkan dan menyeleksi haditsnya. Diantara kota-kota yang
disinggahinya antara lain Bashrah, Mesir, Hijaz (Mekkah, Madinah), Kufah, Baghdad sampai ke Asia
Barat. Di Baghdad, Bukhari sering bertemu dan berdiskusi dengan ulama besar
Imam Ahmad bin Hanbali. Dari sejumlah kota-kota itu, ia bertemu dengan 80.000
perawi. Dari merekalah beliau mengumpulkan dan menghafal satu juta hadits.
Namun tidak semua hadits yang ia hapal kemudian diriwayatkan, melainkan
terlebih dahulu diseleksi dengan seleksi yang sangat ketat, diantaranya apakah
sanad (riwayat) dari hadits tersebut bersambung dan apakah perawi (periwayat /
pembawa) hadits itu terpercaya dan tsiqqah (kuat). Menurut Ibnu Hajar Al
Asqalani, akhirnya Bukhari menuliskan sebanyak 9082 hadis dalam karya
monumentalnya Al Jami' as-Shahih yang dikenal sebagai Shahih Bukhari. Dalam
menyusun kitab tersebut, Imam Bukhari sangat berhati-hati. Menurut Al-Firbari,
salah seorang muridnya, ia mendengar Imam Bukhari berkata. "Saya susun
kitab Al-Jami' as-Shahih ini di Masjidil Haram, Mekkah dan saya tidak
mencantumkan sebuah hadits pun kecuali sesudah shalat istikharah dua rakaat
memohon pertolongan kepada Allah, dan sesudah meyakini betul bahwa hadits itu
benar-benar shahih". Di Masjidil Haram-lah ia menyusun dasar pemikiran dan
bab-babnya secara sistematis. Setelah itu ia menulis mukaddimah dan pokok pokok
bahasannya di Rawdah Al-Jannah, sebuah tempat antara makam Rasulullah dan
mimbar di Masjid Nabawi di Madinah. Barulah setelah itu ia mengumpulkan
sejumlah hadits dan menempatkannya dalam bab-bab yang sesuai. Proses penyusunan
kitab ini dilakukan di dua kota
suci tersebut dengan cermat dan tekun selama 16 tahun. Ia menggunakan kaidah
penelitian secara ilmiah dan cukup modern sehingga hadits haditsnya dapat
dipertanggung-jawabkan. Menurut Ibnu Shalah, dalam kitab Muqaddimah, kitab
Shahih Bukhari itu memuat 7275 hadits. Selain itu ada hadits-hadits yang dimuat
secara berulang, dan ada 4000 hadits yang dimuat secara utuh tanpa pengulangan.
Penghitungan itu juga dilakukan oleh Syekh Muhyiddin An Nawawi dalam kitab
At-Taqrib. Dalam hal itu, Ibnu Hajar Al-Atsqalani dalam kata pendahuluannya
untuk kitab Fathul Bari (yakni syarah atau penjelasan atas kitab Shahih
Bukhari) menulis, semua hadits shahih yang dimuat dalam Shahih Bukhari (setelah
dikurangi dengan hadits yang dimuat secara berulang) sebanyak 2.602 buah.
Sedangkan hadits yang mu'allaq (ada kaitan satu dengan yang lain, bersambung)
namun marfu (diragukan) ada 159 buah. Adapun jumlah semua hadits shahih
termasuk yang dimuat berulang sebanyak 7397 buah. Perhitungan berbeda diantara
para ahli hadits tersebut dalam mengomentari kitab Shahih Bukhari semata-mata
karena perbedaan pandangan mereka dalam ilmu hadits. Suatu ketika penduduk Samarkand mengirim surat
kepada Imam Bukhari. Isinya, meminta dirinya agar menetap di negeri itu (Samarkand). Ia pun pergi
memenuhi permohonan mereka. Ketika perjalanannya sampai di Khartand, sebuah
desa kecil terletak dua farsakh (sekitar 10 Km) sebelum Samarkand, ia singgah terlebih dahulu untuk
mengunjungi beberapa familinya. Namun disana beliau jatuh sakit selama beberapa
hari. Dan Akhirnya meninggal pada tanggal 31 Agustus 870 M (256 H) pada malam
Idul Fitri dalam usia 62 tahun kurang 13 hari. Beliau dimakamkan selepas Shalat
Dzuhur pada Hari Raya Idul Fitri. Sebelum meninggal dunia, ia berpesan bahwa
jika meninggal nanti jenazahnya agar dikafani tiga helai kain, tanpa baju dalam
dan tidak memakai sorban. Pesan itu dilaksanakan dengan baik oleh masyarakat
setempat. Beliau meninggal tanpa meninggalkan seorang anakpun –
Tokoh Ilmuwan Penemu - file:///C:/Documents%20and%20Settings/slim%20com%27/My%20Documents/Downloads/tokoh-imam-ahli-hadits-bukhari.html
Imam Bukhari lahir di
Bukhara, Uzbekistan, Asia Tengah. Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah
Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Badrdizbah Al-Ju'fiy
Al Bukhari, namun beliau lebih dikenal dengan nama Bukhari. Beliau
lahir pada hari Jumat, tepatnya pada tanggal 13 Syawal 194 H (21 Juli
810 M). Kakeknya bernama Bardizbeh, turunan Persi yang masih beragama
Zoroaster. Tapi orangtuanya, Mughoerah, telah memeluk Islam di bawah
asuhan Al-Yaman el-Ja�fiy. Sebenarnya masa kecil Imam Bukhari penuh
dengan keprihatinan. Di samping menjadi anak yatim, juga tidak dapat
melihat karena buta (tidak lama setelah lahir, beliau kehilangan
penglihatannya tersebut). Ibunya senantiasa berusaha dan berdo'a untuk
kesembuhan beliau. Alhamdulillah, dengan izin dan karunia Allah,
menjelang usia 10 tahun matanya sembuh secara total.
Imam Bukhari adalah ahli hadits yang termasyhur diantara para ahli
hadits sejak dulu hingga kini bersama dengan Imam Ahmad, Imam Muslim,
Abu Dawud, Tirmidzi, An-Nasai, dan Ibnu Majah. Bahkan dalam kitab-kitab
fiqih dan hadits, hadits-hadits beliau memiliki derajat yang tinggi.
Sebagian menyebutnya dengan julukan Amirul Mukminin fil Hadits (Pemimpin
kaum mukmin dalam hal Ilmu Hadits). Dalam bidang ini, hampir semua
ulama di dunia merujuk kepadanya. Tempat beliau lahir kini termasuk
wilayah Rusia, yang waktu itu memang menjadi pusat kebudayaan ilmu
pengetahuan Islam sesudah Madinah, Damaskus dan Bagdad. Daerah itu pula
yang telah melahirkan filosof-filosof besar seperti al-Farabi dan Ibnu
Sina. Bahkan ulama-ulama besar seperti Zamachsari, al-Durdjani,
al-Bairuni dan lain-lain, juga dilahirkan di Asia Tengah.
Bukhari dididik dalam keluarga ulama yang taat beragama. Dalam kitab
As-Siqat, Ibnu Hibban menulis bahwa ayahnya dikenal sebagai orang yang
wara' dalam arti berhati-hati terhadap hal-hal yang hukumnya bersifat
syubhat (ragu-ragu), terlebih lebih terhadap hal-hal yang sifatnya
haram. Ayahnya adalah seorang ulama bermadzhab Maliki dan merupakan
mudir dari Imam Malik, seorang ulama besar dan ahli fikih. Ayahnya wafat
ketika Bukhari masih kecil. Perhatiannya kepada ilmu hadits yang sulit
dan rumit itu sudah tumbuh sejak usia 10 tahun, hingga dalam usia 16
tahun beliau sudah hafal dan menguasai buku-buku seperti "al-Mubarak"
dan "al-Waki". Bukhari berguru kepada Syekh Ad-Dakhili, ulama ahli
hadits yang masyhur di Bukhara. Pada usia 16 tahun bersama keluarganya,
ia mengunjungi kota suci Mekkah dan Madinah, dimana di kedua kota suci
itu beliau mengikuti kuliah para guru-guru besar ahli hadits. Pada usia
18 tahun beliau menerbitkan kitab pertamanya "Qudhaya as Shahabah wat
Tabi�ien" (Peristiwa-peristiwa Hukum di zaman Sahabat dan Tabi�ien).
Bersama gurunya Syekh Ishaq, beliau menghimpun hadits-hadits shahih
dalam satu kitab, dimana dari satu juta hadits yang diriwayatkan oleh
80.000 perawi disaring lagi menjadi 7275 hadits. Diantara guru-guru
beliau dalam memperoleh hadits dan ilmu hadits antara lain adalah Ali
bin Al Madini, Ahmad bin Hanbali, Yahya bin Ma'in, Muhammad bin Yusuf Al
Faryabi, Maki bin Ibrahim Al Bakhi, Muhammad bin Yusuf al Baykandi dan
Ibnu Rahwahih. Selain itu ada 289 ahli hadits yang haditsnya dikutip
dalam kitab Shahih-nya. Bukhari diakui memiliki daya hapal tinggi, yang
diakui oleh kakaknya Rasyid bin Ismail. Kakak sang Imam ini menuturkan,
pernah Bukhari muda dan beberapa murid lainnya mengikuti kuliah dan
ceramah cendekiawan Balkh. Tidak seperti murid lainnya, Bukhari tidak
pernah membuat catatan kuliah. Bukhari ternyata hafal di luar kepala
15.000 hadits, lengkap dengan keterangan yang tidak sempat mereka catat.
Ketika sedang berada di Bagdad, Imam Bukhari pernah didatangi oleh 10
orang ahli hadits yang ingin menguji ketinggian ilmu beliau. Dalam
pertemuan itu, 10 ulama tersebut mengajukan 100 buah hadits yang sengaja
"diputar-balikkan" untuk menguji hafalan Imam Bukhari. Ternyata
hasilnya mengagumkan. Imam Bukhari mengulang kembali secara tepat
masing-masing hadits yang salah tersebut, lalu mengoreksi kesalahannya,
kemudian membacakan hadits yang benarnya. Ia menyebutkan seluruh hadits
yang salah tersebut di luar kepala, secara urut, sesuai dengan urutan
penanya dan urutan hadits yang ditanyakan, kemudian membetulkannya.
Inilah yang sangat luar biasa dari sang Imam, karena beliau mampu
menghafal hanya dalam waktu satu kali dengar.
Karyanya yang pertama berjudul "Qudhaya as Shahabah wat Tabi�ien"
(Peristiwa-peristiwa Hukum di zaman Sahabat dan Tabi�ien). Kitab ini
ditulisnya ketika masih berusia 18 tahun. Ketika menginjak usia 22
tahun, Imam Bukhari menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci bersama-sama
dengan ibu dan kakaknya yang bernama Ahmad. Di sanalah beliau menulis
kitab "At-Tarikh" (sejarah) yang terkenal itu. Beliau pernah berkata,
"Saya menulis buku "At-Tarikh" di atas makam Nabi Muhammad SAW di waktu
malam bulan purnama".Karya Imam Bukhari lainnya antara lain adalah kitab
Al-Jami' ash Shahih, Al-Adab al Mufrad, At Tharikh as Shaghir, At
Tarikh Al Awsat, At Tarikh al Kabir, At Tafsir Al Kabir, Al Musnad al
Kabir, Kitab al 'Ilal, Raf'ul Yadain fis Salah, Birrul Walidain, Kitab
Ad Du'afa, Asami As Sahabah dan Al Hibah. Diantara semua karyanya
tersebut, yang paling monumental adalah kitab Al-Jami' as-Shahih yang
lebih dikenal dengan nama Shahih Bukhari.
Dalam sebuah riwayat diceritakan, Imam Bukhari berkata: "Aku bermimpi
melihat Rasulullah saw., seolah-olah aku berdiri di hadapannya, sambil
memegang kipas yang kupergunakan untuk menjaganya. Kemudian aku tanyakan
mimpi itu kepada sebagian ahli ta'bir, ia menjelaskan bahwa aku akan
menghancurkan dan mengikis habis kebohongan dari hadits-hadits
Rasulullah saw. Mimpi inilah, antara lain, yang mendorongku untuk
melahirkan kitab Al-Jami' As-Sahih." Dalam menghimpun hadits-hadits
shahih dalam kitabnya tersebut, Imam Bukhari menggunakan kaidah-kaidah
penelitian secara ilmiah dan sah yang menyebabkan keshahihan
hadits-haditsnya dapat dipertanggungjawabkan. Ia berusaha dengan
sungguh-sungguh untuk meneliti dan menyelidiki keadaan para perawi,
serta memperoleh secara pasti kesahihan hadits-hadits yang
diriwayatkannya.
Imam Bukhari senantiasa membandingkan hadits-hadits yang diriwayatkan,
satu dengan lainnya, menyaringnya dan memilih mana yang menurutnya
paling shahih. Sehingga kitabnya merupakan batu uji dan penyaring bagi
hadits-hadits tersebut. Hal ini tercermin dari perkataannya: "Aku susun
kitab Al Jami'
ini yang dipilih dari 600.000 hadits selama 16 tahun." Banyak para ahli
hadits yang berguru kepadanya, diantaranya adalah Syekh Abu Zahrah, Abu
Hatim Tirmidzi, Muhammad Ibn Nasr dan Imam Muslim bin Al Hajjaj
(pengarang kitab Shahih Muslim). Imam Muslim menceritakan : "Ketika
Muhammad bin Ismail (Imam Bukhari) datang ke Naisabur, aku tidak pernah
melihat seorang kepala daerah, para ulama dan penduduk Naisabur yang
memberikan sambutan seperti apa yang mereka berikan kepadanya." Mereka
menyambut kedatangannya dari luar kota sejauh dua atau tiga marhalah
(100 km), sampai-sampai Muhammad bin Yahya Az Zihli (guru Imam Bukhari)
berkata : "Barang siapa hendak menyambut kedatangan Muhammad bin Ismail
besok pagi, lakukanlah, sebab aku sendiri akan ikut menyambutnya."
Untuk mengumpulkan dan menyeleksi hadits shahih, Bukhari menghabiskan
waktu selama 16 tahun untuk mengunjungi berbagai kota guna menemui para
perawi hadits, mengumpulkan dan menyeleksi haditsnya. Diantara kota-kota
yang disinggahinya antara lain Bashrah, Mesir, Hijaz (Mekkah, Madinah),
Kufah, Baghdad sampai ke Asia Barat. Di Baghdad, Bukhari sering bertemu
dan berdiskusi dengan ulama besar Imam Ahmad bin Hanbali. Dari sejumlah
kota-kota itu, ia bertemu dengan 80.000 perawi. Dari merekalah beliau
mengumpulkan dan menghafal satu juta hadits. Namun tidak semua hadits
yang ia hapal kemudian diriwayatkan, melainkan terlebih dahulu diseleksi
dengan seleksi yang sangat ketat, diantaranya apakah sanad (riwayat)
dari hadits tersebut bersambung dan apakah perawi (periwayat / pembawa)
hadits itu terpercaya dan tsiqqah (kuat). Menurut Ibnu Hajar Al
Asqalani, akhirnya Bukhari menuliskan sebanyak 9082 hadis dalam karya
monumentalnya Al Jami' as-Shahih yang dikenal sebagai Shahih Bukhari.
Dalam menyusun kitab tersebut, Imam Bukhari sangat berhati-hati. Menurut
Al-Firbari, salah seorang muridnya, ia mendengar Imam Bukhari berkata.
"Saya susun kitab Al-Jami' as-Shahih ini di Masjidil Haram, Mekkah dan
saya tidak mencantumkan sebuah hadits pun kecuali sesudah shalat
istikharah dua rakaat memohon pertolongan kepada Allah, dan sesudah
meyakini betul bahwa hadits itu benar-benar shahih". Di Masjidil
Haram-lah ia menyusun dasar pemikiran dan bab-babnya secara sistematis.
Setelah itu ia menulis mukaddimah dan pokok pokok bahasannya di Rawdah
Al-Jannah, sebuah tempat antara makam Rasulullah dan mimbar di Masjid
Nabawi di Madinah. Barulah setelah itu ia mengumpulkan sejumlah hadits
dan menempatkannya dalam bab-bab yang sesuai. Proses penyusunan kitab
ini dilakukan di dua kota suci tersebut dengan cermat dan tekun selama
16 tahun. Ia menggunakan kaidah penelitian secara ilmiah dan cukup
modern sehingga hadits haditsnya dapat dipertanggung-jawabkan.
Menurut Ibnu Shalah, dalam kitab Muqaddimah, kitab Shahih Bukhari itu
memuat 7275 hadits. Selain itu ada hadits-hadits yang dimuat secara
berulang, dan ada 4000 hadits yang dimuat secara utuh tanpa pengulangan.
Penghitungan itu juga dilakukan oleh Syekh Muhyiddin An Nawawi dalam
kitab At-Taqrib. Dalam hal itu, Ibnu Hajar Al-Atsqalani dalam kata
pendahuluannya untuk kitab Fathul Bari (yakni syarah atau penjelasan
atas kitab Shahih Bukhari) menulis, semua hadits shahih yang dimuat
dalam Shahih Bukhari (setelah dikurangi dengan hadits yang dimuat secara
berulang) sebanyak 2.602 buah. Sedangkan hadits yang mu'allaq (ada
kaitan satu dengan yang lain, bersambung) namun marfu (diragukan) ada
159 buah. Adapun jumlah semua hadits shahih termasuk yang dimuat
berulang sebanyak 7397 buah. Perhitungan berbeda diantara para ahli
hadits tersebut dalam mengomentari kitab Shahih Bukhari semata-mata
karena perbedaan pandangan mereka dalam ilmu hadits.
Suatu ketika penduduk Samarkand mengirim surat kepada Imam Bukhari.
Isinya, meminta dirinya agar menetap di negeri itu (Samarkand). Ia pun
pergi memenuhi permohonan mereka. Ketika perjalanannya sampai di
Khartand, sebuah desa kecil terletak dua farsakh (sekitar 10 Km) sebelum
Samarkand, ia singgah terlebih dahulu untuk mengunjungi beberapa
familinya. Namun disana beliau jatuh sakit selama beberapa hari. Dan
Akhirnya meninggal pada tanggal 31 Agustus 870 M (256 H) pada malam Idul
Fitri dalam usia 62 tahun kurang 13 hari. Beliau dimakamkan selepas
Shalat Dzuhur pada Hari Raya Idul Fitri. Sebelum meninggal dunia, ia
berpesan bahwa jika meninggal nanti jenazahnya agar dikafani tiga helai
kain, tanpa baju dalam dan tidak memakai sorban. Pesan itu dilaksanakan
dengan baik oleh masyarakat setempat. Beliau meninggal tanpa
meninggalkan seorang anakpun - Tokoh Ilmuwan Penemu - file:///C:/Documents%20and%20Settings/slim%20com%27/My%20Documents/Downloads/tokoh-imam-ahli-hadits-bukhari.html
mam Bukhari lahir di
Bukhara, Uzbekistan, Asia Tengah. Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah
Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Badrdizbah Al-Ju'fiy
Al Bukhari, namun beliau lebih dikenal dengan nama Bukhari. Beliau
lahir pada hari Jumat, tepatnya pada tanggal 13 Syawal 194 H (21 Juli
810 M). Kakeknya bernama Bardizbeh, turunan Persi yang masih beragama
Zoroaster. Tapi orangtuanya, Mughoerah, telah memeluk Islam di bawah
asuhan Al-Yaman el-Ja�fiy. Sebenarnya masa kecil Imam Bukhari penuh
dengan keprihatinan. Di samping menjadi anak yatim, juga tidak dapat
melihat karena buta (tidak lama setelah lahir, beliau kehilangan
penglihatannya tersebut). Ibunya senantiasa berusaha dan berdo'a untuk
kesembuhan beliau. Alhamdulillah, dengan izin dan karunia Allah,
menjelang usia 10 tahun matanya sembuh secara total.
Imam Bukhari adalah ahli hadits yang termasyhur diantara para ahli
hadits sejak dulu hingga kini bersama dengan Imam Ahmad, Imam Muslim,
Abu Dawud, Tirmidzi, An-Nasai, dan Ibnu Majah. Bahkan dalam kitab-kitab
fiqih dan hadits, hadits-hadits beliau memiliki derajat yang tinggi.
Sebagian menyebutnya dengan julukan Amirul Mukminin fil Hadits (Pemimpin
kaum mukmin dalam hal Ilmu Hadits). Dalam bidang ini, hampir semua
ulama di dunia merujuk kepadanya. Tempat beliau lahir kini termasuk
wilayah Rusia, yang waktu itu memang menjadi pusat kebudayaan ilmu
pengetahuan Islam sesudah Madinah, Damaskus dan Bagdad. Daerah itu pula
yang telah melahirkan filosof-filosof besar seperti al-Farabi dan Ibnu
Sina. Bahkan ulama-ulama besar seperti Zamachsari, al-Durdjani,
al-Bairuni dan lain-lain, juga dilahirkan di Asia Tengah.
Bukhari dididik dalam keluarga ulama yang taat beragama. Dalam kitab
As-Siqat, Ibnu Hibban menulis bahwa ayahnya dikenal sebagai orang yang
wara' dalam arti berhati-hati terhadap hal-hal yang hukumnya bersifat
syubhat (ragu-ragu), terlebih lebih terhadap hal-hal yang sifatnya
haram. Ayahnya adalah seorang ulama bermadzhab Maliki dan merupakan
mudir dari Imam Malik, seorang ulama besar dan ahli fikih. Ayahnya wafat
ketika Bukhari masih kecil. Perhatiannya kepada ilmu hadits yang sulit
dan rumit itu sudah tumbuh sejak usia 10 tahun, hingga dalam usia 16
tahun beliau sudah hafal dan menguasai buku-buku seperti "al-Mubarak"
dan "al-Waki". Bukhari berguru kepada Syekh Ad-Dakhili, ulama ahli
hadits yang masyhur di Bukhara. Pada usia 16 tahun bersama keluarganya,
ia mengunjungi kota suci Mekkah dan Madinah, dimana di kedua kota suci
itu beliau mengikuti kuliah para guru-guru besar ahli hadits. Pada usia
18 tahun beliau menerbitkan kitab pertamanya "Qudhaya as Shahabah wat
Tabi�ien" (Peristiwa-peristiwa Hukum di zaman Sahabat dan Tabi�ien).
Bersama gurunya Syekh Ishaq, beliau menghimpun hadits-hadits shahih
dalam satu kitab, dimana dari satu juta hadits yang diriwayatkan oleh
80.000 perawi disaring lagi menjadi 7275 hadits. Diantara guru-guru
beliau dalam memperoleh hadits dan ilmu hadits antara lain adalah Ali
bin Al Madini, Ahmad bin Hanbali, Yahya bin Ma'in, Muhammad bin Yusuf Al
Faryabi, Maki bin Ibrahim Al Bakhi, Muhammad bin Yusuf al Baykandi dan
Ibnu Rahwahih. Selain itu ada 289 ahli hadits yang haditsnya dikutip
dalam kitab Shahih-nya. Bukhari diakui memiliki daya hapal tinggi, yang
diakui oleh kakaknya Rasyid bin Ismail. Kakak sang Imam ini menuturkan,
pernah Bukhari muda dan beberapa murid lainnya mengikuti kuliah dan
ceramah cendekiawan Balkh. Tidak seperti murid lainnya, Bukhari tidak
pernah membuat catatan kuliah. Bukhari ternyata hafal di luar kepala
15.000 hadits, lengkap dengan keterangan yang tidak sempat mereka catat.
Ketika sedang berada di Bagdad, Imam Bukhari pernah didatangi oleh 10
orang ahli hadits yang ingin menguji ketinggian ilmu beliau. Dalam
pertemuan itu, 10 ulama tersebut mengajukan 100 buah hadits yang sengaja
"diputar-balikkan" untuk menguji hafalan Imam Bukhari. Ternyata
hasilnya mengagumkan. Imam Bukhari mengulang kembali secara tepat
masing-masing hadits yang salah tersebut, lalu mengoreksi kesalahannya,
kemudian membacakan hadits yang benarnya. Ia menyebutkan seluruh hadits
yang salah tersebut di luar kepala, secara urut, sesuai dengan urutan
penanya dan urutan hadits yang ditanyakan, kemudian membetulkannya.
Inilah yang sangat luar biasa dari sang Imam, karena beliau mampu
menghafal hanya dalam waktu satu kali dengar.
Karyanya yang pertama berjudul "Qudhaya as Shahabah wat Tabi�ien"
(Peristiwa-peristiwa Hukum di zaman Sahabat dan Tabi�ien). Kitab ini
ditulisnya ketika masih berusia 18 tahun. Ketika menginjak usia 22
tahun, Imam Bukhari menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci bersama-sama
dengan ibu dan kakaknya yang bernama Ahmad. Di sanalah beliau menulis
kitab "At-Tarikh" (sejarah) yang terkenal itu. Beliau pernah berkata,
"Saya menulis buku "At-Tarikh" di atas makam Nabi Muhammad SAW di waktu
malam bulan purnama".Karya Imam Bukhari lainnya antara lain adalah kitab
Al-Jami' ash Shahih, Al-Adab al Mufrad, At Tharikh as Shaghir, At
Tarikh Al Awsat, At Tarikh al Kabir, At Tafsir Al Kabir, Al Musnad al
Kabir, Kitab al 'Ilal, Raf'ul Yadain fis Salah, Birrul Walidain, Kitab
Ad Du'afa, Asami As Sahabah dan Al Hibah. Diantara semua karyanya
tersebut, yang paling monumental adalah kitab Al-Jami' as-Shahih yang
lebih dikenal dengan nama Shahih Bukhari.
Dalam sebuah riwayat diceritakan, Imam Bukhari berkata: "Aku bermimpi
melihat Rasulullah saw., seolah-olah aku berdiri di hadapannya, sambil
memegang kipas yang kupergunakan untuk menjaganya. Kemudian aku tanyakan
mimpi itu kepada sebagian ahli ta'bir, ia menjelaskan bahwa aku akan
menghancurkan dan mengikis habis kebohongan dari hadits-hadits
Rasulullah saw. Mimpi inilah, antara lain, yang mendorongku untuk
melahirkan kitab Al-Jami' As-Sahih." Dalam menghimpun hadits-hadits
shahih dalam kitabnya tersebut, Imam Bukhari menggunakan kaidah-kaidah
penelitian secara ilmiah dan sah yang menyebabkan keshahihan
hadits-haditsnya dapat dipertanggungjawabkan. Ia berusaha dengan
sungguh-sungguh untuk meneliti dan menyelidiki keadaan para perawi,
serta memperoleh secara pasti kesahihan hadits-hadits yang
diriwayatkannya.
Imam Bukhari senantiasa membandingkan hadits-hadits yang diriwayatkan,
satu dengan lainnya, menyaringnya dan memilih mana yang menurutnya
paling shahih. Sehingga kitabnya merupakan batu uji dan penyaring bagi
hadits-hadits tersebut. Hal ini tercermin dari perkataannya: "Aku susun
kitab Al Jami'
ini yang dipilih dari 600.000 hadits selama 16 tahun." Banyak para ahli
hadits yang berguru kepadanya, diantaranya adalah Syekh Abu Zahrah, Abu
Hatim Tirmidzi, Muhammad Ibn Nasr dan Imam Muslim bin Al Hajjaj
(pengarang kitab Shahih Muslim). Imam Muslim menceritakan : "Ketika
Muhammad bin Ismail (Imam Bukhari) datang ke Naisabur, aku tidak pernah
melihat seorang kepala daerah, para ulama dan penduduk Naisabur yang
memberikan sambutan seperti apa yang mereka berikan kepadanya." Mereka
menyambut kedatangannya dari luar kota sejauh dua atau tiga marhalah
(100 km), sampai-sampai Muhammad bin Yahya Az Zihli (guru Imam Bukhari)
berkata : "Barang siapa hendak menyambut kedatangan Muhammad bin Ismail
besok pagi, lakukanlah, sebab aku sendiri akan ikut menyambutnya."
Untuk mengumpulkan dan menyeleksi hadits shahih, Bukhari menghabiskan
waktu selama 16 tahun untuk mengunjungi berbagai kota guna menemui para
perawi hadits, mengumpulkan dan menyeleksi haditsnya. Diantara kota-kota
yang disinggahinya antara lain Bashrah, Mesir, Hijaz (Mekkah, Madinah),
Kufah, Baghdad sampai ke Asia Barat. Di Baghdad, Bukhari sering bertemu
dan berdiskusi dengan ulama besar Imam Ahmad bin Hanbali. Dari sejumlah
kota-kota itu, ia bertemu dengan 80.000 perawi. Dari merekalah beliau
mengumpulkan dan menghafal satu juta hadits. Namun tidak semua hadits
yang ia hapal kemudian diriwayatkan, melainkan terlebih dahulu diseleksi
dengan seleksi yang sangat ketat, diantaranya apakah sanad (riwayat)
dari hadits tersebut bersambung dan apakah perawi (periwayat / pembawa)
hadits itu terpercaya dan tsiqqah (kuat). Menurut Ibnu Hajar Al
Asqalani, akhirnya Bukhari menuliskan sebanyak 9082 hadis dalam karya
monumentalnya Al Jami' as-Shahih yang dikenal sebagai Shahih Bukhari.
Dalam menyusun kitab tersebut, Imam Bukhari sangat berhati-hati. Menurut
Al-Firbari, salah seorang muridnya, ia mendengar Imam Bukhari berkata.
"Saya susun kitab Al-Jami' as-Shahih ini di Masjidil Haram, Mekkah dan
saya tidak mencantumkan sebuah hadits pun kecuali sesudah shalat
istikharah dua rakaat memohon pertolongan kepada Allah, dan sesudah
meyakini betul bahwa hadits itu benar-benar shahih". Di Masjidil
Haram-lah ia menyusun dasar pemikiran dan bab-babnya secara sistematis.
Setelah itu ia menulis mukaddimah dan pokok pokok bahasannya di Rawdah
Al-Jannah, sebuah tempat antara makam Rasulullah dan mimbar di Masjid
Nabawi di Madinah. Barulah setelah itu ia mengumpulkan sejumlah hadits
dan menempatkannya dalam bab-bab yang sesuai. Proses penyusunan kitab
ini dilakukan di dua kota suci tersebut dengan cermat dan tekun selama
16 tahun. Ia menggunakan kaidah penelitian secara ilmiah dan cukup
modern sehingga hadits haditsnya dapat dipertanggung-jawabkan.
Menurut Ibnu Shalah, dalam kitab Muqaddimah, kitab Shahih Bukhari itu
memuat 7275 hadits. Selain itu ada hadits-hadits yang dimuat secara
berulang, dan ada 4000 hadits yang dimuat secara utuh tanpa pengulangan.
Penghitungan itu juga dilakukan oleh Syekh Muhyiddin An Nawawi dalam
kitab At-Taqrib. Dalam hal itu, Ibnu Hajar Al-Atsqalani dalam kata
pendahuluannya untuk kitab Fathul Bari (yakni syarah atau penjelasan
atas kitab Shahih Bukhari) menulis, semua hadits shahih yang dimuat
dalam Shahih Bukhari (setelah dikurangi dengan hadits yang dimuat secara
berulang) sebanyak 2.602 buah. Sedangkan hadits yang mu'allaq (ada
kaitan satu dengan yang lain, bersambung) namun marfu (diragukan) ada
159 buah. Adapun jumlah semua hadits shahih termasuk yang dimuat
berulang sebanyak 7397 buah. Perhitungan berbeda diantara para ahli
hadits tersebut dalam mengomentari kitab Shahih Bukhari semata-mata
karena perbedaan pandangan mereka dalam ilmu hadits.
Suatu ketika penduduk Samarkand mengirim surat kepada Imam Bukhari.
Isinya, meminta dirinya agar menetap di negeri itu (Samarkand). Ia pun
pergi memenuhi permohonan mereka. Ketika perjalanannya sampai di
Khartand, sebuah desa kecil terletak dua farsakh (sekitar 10 Km) sebelum
Samarkand, ia singgah terlebih dahulu untuk mengunjungi beberapa
familinya. Namun disana beliau jatuh sakit selama beberapa hari. Dan
Akhirnya meninggal pada tanggal 31 Agustus 870 M (256 H) pada malam Idul
Fitri dalam usia 62 tahun kurang 13 hari. Beliau dimakamkan selepas
Shalat Dzuhur pada Hari Raya Idul Fitri. Sebelum meninggal dunia, ia
berpesan bahwa jika meninggal nanti jenazahnya agar dikafani tiga helai
kain, tanpa baju dalam dan tidak memakai sorban. Pesan itu dilaksanakan
dengan baik oleh masyarakat setempat. Beliau meninggal tanpa
meninggalkan seorang anakpun. - Tokoh Ilmuwan Penemu - file:///C:/Documents%20and%20Settings/slim%20com%27/My%20Documents/Downloads/tokoh-imam-ahli-hadits-bukhari.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar